Mungkin dari para pembaca yang budiman sempat menemukan dari situs atau blog yang menyebutkan bahwa sholawat wahidiyah, ajaran wahidiyah dan hal lain yang berhubungan dengan wahidiyah adalah sesat.
Tanya:
Apa dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah selama 40 atau 7 hari ?
Apa dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah selama 40 atau 7 hari ?
Jawab:
Batasan 40 atau 7 hari pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah mengikuti / itba’ kepada beliau Rosul SAW dalam tachanus (beraudensi) dalam gua Hiro’ selama 40 hari.
Dan dalam kitab Shoheh Bukhori juz 4 disebutkan bahwasannya paling sedikitnya kholwah (audensi) yang pertama adalah 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan sesuai dengan jejak nabi SAW. Adapun 40 hari adalah keseluruhan hari yang dicapai Nabi SAW dalam gua Hiro’.
Nabi SAW bersabda :
Batasan 40 atau 7 hari pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah mengikuti / itba’ kepada beliau Rosul SAW dalam tachanus (beraudensi) dalam gua Hiro’ selama 40 hari.
Dan dalam kitab Shoheh Bukhori juz 4 disebutkan bahwasannya paling sedikitnya kholwah (audensi) yang pertama adalah 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan sesuai dengan jejak nabi SAW. Adapun 40 hari adalah keseluruhan hari yang dicapai Nabi SAW dalam gua Hiro’.
Nabi SAW bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ يُخْلِصُ لِلَّهِ الْعَمَلَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا إِلَّا ظَهَرَتْ يَنَابِيْعُ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ ( رواه ابن عدي وابن الجوزي عن أبى موسى الأشعري
“Tidak
ada seorang hamba yang ihlas mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari
kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah dari hati sampai ke lisannya”. (HR.
Ibnul Addy dan Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary)
Rosul SAW bersabda:
تَمَامُ الرِّبَاطِ أَرْبَعُونَ يَوْماً
“Kesempurnaan
ribad (pertalian/persambungan) itu selama 40 hari”.
Allah berfirman:
وَوَاعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Dan
telah Kami janjikan kepada Musa (memberi Taurat) sesudah berlaku waktu tiga
puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi),
maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”.
( Al-A’rof: 142)
Tanya:
Apakah
Sholawat Wahidiyah boleh diamalkan oleh siapa saja ?
Jawab:
Sholawat Wahidiyah dan ajarannya boleh diamalkan oleh siapa saja; baik laki-laki, perempuan, tua, muda dan sebagaianya. Karena Sholawat Wahidiyah dan ajarannya telah diijazahkan secara umum dan mutlak oleh muallifnya (penyusun) yaitu Al Mukarrom Romo Kyahi Hajji Abdoel Madjid Ma’roef untuk diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan.
Maka barangsiapa yang telah mendapatkan Sholawat Wahidiyah dari manapun, boleh diamalkannya, bahkan sangat dianjurkan untuk disebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ihlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.
Sholawat Wahidiyah dan ajarannya boleh diamalkan oleh siapa saja; baik laki-laki, perempuan, tua, muda dan sebagaianya. Karena Sholawat Wahidiyah dan ajarannya telah diijazahkan secara umum dan mutlak oleh muallifnya (penyusun) yaitu Al Mukarrom Romo Kyahi Hajji Abdoel Madjid Ma’roef untuk diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu dan golongan.
Maka barangsiapa yang telah mendapatkan Sholawat Wahidiyah dari manapun, boleh diamalkannya, bahkan sangat dianjurkan untuk disebar luaskan kepada masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan ihlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.
Tanya:
Apakah Sholawat Wahidiyah itu mempunyai sanad mutasil sebagaimana Thoriqoh Mu’tabaroh yang ada gurunya dari ahli silsilah ?
Apakah Sholawat Wahidiyah itu mempunyai sanad mutasil sebagaimana Thoriqoh Mu’tabaroh yang ada gurunya dari ahli silsilah ?
Jawab:
Sesungguhnya Sholawat atas Nabi SAW dengan shiqot (bentuk) apapun adalah bisa sampai kepada Alloh SWT tanpa melalui guru dan sanad. Karena Sholawat itu langsung dihaturkan kepada Beliau SAW tanpa melalui perantara. Maka orang yang membaca Sholawat Wahidiyah tidak membutuhkan tawasul kepada selain Nabi SAW. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir.
Hal ini sebagaiamana yang dikatakan oleh Syeh Ahmad As-Showi dalam kitab Hasyiyah Tafsir jalalain juz 2, hal 123, bab Al-Ahzab berbunyi :
Sesungguhnya Sholawat atas Nabi SAW dengan shiqot (bentuk) apapun adalah bisa sampai kepada Alloh SWT tanpa melalui guru dan sanad. Karena Sholawat itu langsung dihaturkan kepada Beliau SAW tanpa melalui perantara. Maka orang yang membaca Sholawat Wahidiyah tidak membutuhkan tawasul kepada selain Nabi SAW. Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa dzikir.
Hal ini sebagaiamana yang dikatakan oleh Syeh Ahmad As-Showi dalam kitab Hasyiyah Tafsir jalalain juz 2, hal 123, bab Al-Ahzab berbunyi :
وبالجملة فالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم توصل الى الله من غير شيخ لان الشيخ والسند فيها صاحبها لانها تعرض عليه صلى الله عليه وسلم ويصلى الله على المصلى, بخلاف غيرها من الأذكار فلابد فيها من الشيخ العارف والا دخلها الشيطان فلا ينتفع بها صاحبها
“Secara umum Sholawat atas Nabi SAW itu
sampai lansung kepada Alloh SWT tanpa melalui seorang guru, karena Syeh (guru)
dan sanad di dalam Sholawat adalah pemilik Sholawat itu sendiri (Nabi SAW), dan
Sholawat itu dihaturkan lansung dihadapan Beliau SAW dan Alloh membalas
Sholawat pula kepada orang yang membacanya. Berbeda dengan selain Sholawat;
seperti beberapa dzikir, maka wajib di dalam dzikir itu ada seorang guru yang
Arif Billah, dan apabila tidak ada gurunya, maka gurunya adalah Syaithon dan
dzikirnya tidak membawa manfa’at”.
Tanya:
Apakah Sholawat Wahidiyah mempunyai ajaran sendiri ?
Apakah Sholawat Wahidiyah mempunyai ajaran sendiri ?
Jawab:
TIDAK..! Karena yang dimaksud ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam mengamalkan dan menerapkan tuntunan Rosulullah SAW mencakup bidang Syari’at dan haqiqat meliputi iman, pelaksanaan islam, perwujudan ihsan dan pembentukan akhlaqul karimah.
Adapun rumusan pokok-pokok bimbingan ajaran Wahidiyah yaitu: “Lillah Billah,,Lirrosul Birrosul, Lil Ghoust Bil Ghouts, Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh, Taqdimul Aham Fal Aham tsumal Anfa’ Fal Anfa’, dan ajaran ini ajaran yang berdasarkan Qur’an, Hadist SAW serta Ijma’ para Ulama’ Salafus Sholihin.
TIDAK..! Karena yang dimaksud ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam mengamalkan dan menerapkan tuntunan Rosulullah SAW mencakup bidang Syari’at dan haqiqat meliputi iman, pelaksanaan islam, perwujudan ihsan dan pembentukan akhlaqul karimah.
Adapun rumusan pokok-pokok bimbingan ajaran Wahidiyah yaitu: “Lillah Billah,,Lirrosul Birrosul, Lil Ghoust Bil Ghouts, Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh, Taqdimul Aham Fal Aham tsumal Anfa’ Fal Anfa’, dan ajaran ini ajaran yang berdasarkan Qur’an, Hadist SAW serta Ijma’ para Ulama’ Salafus Sholihin.
Untuk keterangan jelasnya
mengenai ajaran wahhidiyah disini.
Tanya:
Apa maksud Ghouts hadzaz zaman dalam ajaran Wahidiyah itu ?
Apa maksud Ghouts hadzaz zaman dalam ajaran Wahidiyah itu ?
Jawab:
Arti “GHOUTS” menurut bahasa adalah “PERTOLONGAN”. Menurut istilah adalah kedudukan salah satu Waliyulloh yang diangkat sebagai pemimpin para waliyulloh (Sulthon Auliyaa’) atau Qothbun Aqthob pada zamannya, juga sebagai penuntun, pembimbing, dan penolong ummat. Penuntun kepada kebaikan, pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW dan penolong dari berbagai kesulitan, kesusahan dan seluruh hajat hidup umat.
Jadi Ghouts hadzaz zaman adalah pemimpin para Waliyulloh dan penolong ummat pada zaman sekarang. Kalimat “Ghouts” berebentuk isim masdar yang berma’na isim fa’il yang artinya “Penolong”.
Sedangkan pengertian “Ghouts” menurut Syeh Ahmad Al-Kamsyakhonawi An-Naqsyabandzi adalah ibarat tentang QUTBUN ADZIMUN (pemimpin yang agung), ROJULUN AZIZUN (hamba yang mulya) dan SAYYIDUN KARIMUN (pemimpin yang mulya) yang dibutuhkan oleh manusia untuk meyingkap rahasia-rahasia hati yang penting. Dan Beliau juga sebagai hamba yang sangat diharapkan do’anya, karena do’anya sangat mustajab. Seandainya beliau sumpah kepada Alloh, tidak pernah mendustainya sebagaimana Uwais Al-Qorny yang hidup di zaman Beliau Rosul SAW.
Arti “GHOUTS” menurut bahasa adalah “PERTOLONGAN”. Menurut istilah adalah kedudukan salah satu Waliyulloh yang diangkat sebagai pemimpin para waliyulloh (Sulthon Auliyaa’) atau Qothbun Aqthob pada zamannya, juga sebagai penuntun, pembimbing, dan penolong ummat. Penuntun kepada kebaikan, pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW dan penolong dari berbagai kesulitan, kesusahan dan seluruh hajat hidup umat.
Jadi Ghouts hadzaz zaman adalah pemimpin para Waliyulloh dan penolong ummat pada zaman sekarang. Kalimat “Ghouts” berebentuk isim masdar yang berma’na isim fa’il yang artinya “Penolong”.
Sedangkan pengertian “Ghouts” menurut Syeh Ahmad Al-Kamsyakhonawi An-Naqsyabandzi adalah ibarat tentang QUTBUN ADZIMUN (pemimpin yang agung), ROJULUN AZIZUN (hamba yang mulya) dan SAYYIDUN KARIMUN (pemimpin yang mulya) yang dibutuhkan oleh manusia untuk meyingkap rahasia-rahasia hati yang penting. Dan Beliau juga sebagai hamba yang sangat diharapkan do’anya, karena do’anya sangat mustajab. Seandainya beliau sumpah kepada Alloh, tidak pernah mendustainya sebagaimana Uwais Al-Qorny yang hidup di zaman Beliau Rosul SAW.
Tanya:
Apa fungsi dan kedudukannya Ghouts hadzaz zaman itu ?
Apa fungsi dan kedudukannya Ghouts hadzaz zaman itu ?
Jawab:
Kedudukan seorang Ghouts adalah pemimpinnya para wali Alloh yang diberi tugas untuk membimbing dan menolong ummat manusia dari berbagai macam kebutuhan hidup; terutama membimbing dan menolong ummat manusia untuk sadar kepada Alloh SWTwa Rosulihi SAW.Rosul SAW bersabda:
Kedudukan seorang Ghouts adalah pemimpinnya para wali Alloh yang diberi tugas untuk membimbing dan menolong ummat manusia dari berbagai macam kebutuhan hidup; terutama membimbing dan menolong ummat manusia untuk sadar kepada Alloh SWTwa Rosulihi SAW.Rosul SAW bersabda:
ان لله عبادا اختصهم حوائج الناس يفزع الناس اليهم فى حوائجهم اولئك الآمنون من عذاب ( رواه الطبرانى عن ابن عمر رضىالله عنهما باسناد صحيح
“Sesungguhnya
Alloh mempunyai hamba-hamba yang dikhususkan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan
manusia, yang manusia berlindung kepadanya dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka
itulah hamba-hamba yang selamat dari adzab”. (HR. Thobroni dari Ibnu Umar
dengan sanad shohih).
Dalam
kitab Yawaqit juz 2 hal 8 disebutkan:
فلا يخلو زمان من رسول يكون فيه، وذلك هو القطب الذى هو محل نظر الله من العالم، وليس الرسول فى هذه رسول التشريع ولكن رسول لتتميم أمر دينهم والوصول الى الله ورسوله
“Maka
pada setiap zaman tidak sepi dari adanya seorang rosul, dan itulah yang disebut
“QUTBHU” yang merupakan tempat pandangannya Alloh dari alam. Yang dimaksud
rosul disini bukanlah rosulut Tasyri’ (rosul yang mengajarkan syari’at baru
sebagaimana para rosul Alloh) melainkan rosul untuk menyempurnakan urusan agama
umat dan menuntun mereka untuk wusul (sadar kepada Alloh wa Rosulihi SAW)”.
Rosul
SAW bersabda:
ان لله عز وجل فى الخلق ثلاث مائة نفس قلوبهم على قلب آدم عليه السلام ولله فى الخلق اربعون قلوبهم على قلب موسى عليه السلام ولله فى الخلق سبعة قلوبهم على قلب ابراهيم عليه السلام ولله فى الخلق خمسة قلوبهم على قلب جبريل عليه السلام ولله فى الخلق ثلاثة قلوبهم على قلب ميكائيل عليه السلام ولله فى الخلق واحد قلبه على قلب اسرافيل عليه السلام, فاذا مات الواحد ابدل الله مكانه من الثلاثة واذا مات من الثلاثة ابدل الله مكانه من الخمسة واذا مات من الخمسة ابدل الله مكانه من السبعة واذا مات من السبعة ابدل الله مكانه من الاربعين واذا مات من الاربعين ابدل الله مكانه من الثلاثمائة واذا مات من الثلاثمائة ابدل الله مكانه من العامة, فبهم يحي ويميت ويمطر وينبت ويدفع البلاء عن هذه الأمة (اخرجه ابو نعيم وابن عساكر وغيرهما من ائمة الحديث المعتبرين
“Sesungguhnya
Alloh mempunyai 300 hamba yang hatinya sebagaimana hatinya nabi Adam As dan 40
hamba yang hatinya sebagaimana hatinya nabi Musa As dan 7 hamba yang hatinya
sebagaimana hatinya nabi Ibrahim As dan 5 hamba yang hatinya sebagaimana
hatinya Malaikat Jibril dan 3 hamba yang hatinya sebagaimana hatinya Malaikat Mika’il dan satu hamba yang hatinya
sebagaimana hatinya malaikat Isrofil. Apabila hamba yang satu ini meninggal
dunia, maka Alloh mengangkat pengganti dari yang tiga hamba (tingkatan dibawahnya).
Apabila yang dari tiga hamba meninggal dunia, maka Alloh mengangkat pengganti
dari yang lima hamba. Apabila yang dari lima hamba meninggal, maka Alloh
mengangkat pengganti dari yang tujuh hamba. Apabila yang dari tujuh hamba
meninggal, maka Alloh mengangkat pengganti dari yang empat puluh hamba. Apabila
yang dari empat puluh hamba meninggal, maka Alloh mengangkat pengganti dari
yang tiga ratus hamba. Dan apabila yang dari tiga ratus meninggal, maka Alloh
mengangkat pengganti dari manusia secara umum. Sebab mereka semua, Alloh
menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan
menghilangkan bencana dari umat ini”.
Sebagaian
ulama’ Arifin berkata:
والواحد المذكور فى هذا الحديث هو القطب وهو الغوث عليه السلام, مكانه ومكانته من الاولياء كالنقطة من الدائرة التى هى مركزها به صلاح العالم ( شواهد الحق 197
“Yang
dimaksud “Al-Wahidu” dalam hadits tersebut adalah “Al-Quthbu” juga “Al-Ghouts”,
yang tempat dan kedudukannya dari para waliyulloh sebagai titik tengah dari
suatu lingkaran yang Beliau itu sebagai porosnya ( as) yang sebab Beliau akan
tercipta kebaikan alam ini”.
Dalam
kitab Taqribul usul hal 53 disebutkan:
لولا يصبح واحد الزمان يتوجه الى الله فى أمر الخلائق من البشر لفجأهم أمر الله فأهلكهم
“Seandainya
tidak ada seorang “Wahiduz Zaman” atau “Ghouts Zaman” yang senantiasa memohon
kepada Allah dalam urusan makhluk, niscaya bencana Allah akan turun
menghancurkan mereka”.
Tanya:
Siapa yang dimaksud Ghouts hadzaz zaman dalam Wahidiyah itu ?
Siapa yang dimaksud Ghouts hadzaz zaman dalam Wahidiyah itu ?
Jawab:
Pribadi seorang Ghouts Zaman itu termasuk perkara yang dirahasiakan oleh Allah. Dirahasiakannya itu karena untuk menjaga keselamatannya dan keselamatan ummat terutama mereka yang tidak menyadari atau tidak mengakui atas kedudukan Beliau.
Pribadi seorang Ghouts Zaman itu termasuk perkara yang dirahasiakan oleh Allah. Dirahasiakannya itu karena untuk menjaga keselamatannya dan keselamatan ummat terutama mereka yang tidak menyadari atau tidak mengakui atas kedudukan Beliau.
Disebutkan
dalam kitab Syawahidul Haq halaman 195 bahwa sebagaian Ulama’ Arifin berkata:
وقد سترت احوال الغوث وهو القطب عليه السلام عن العامة والخاصة غيرة من الحق تعالى عليه
“Sungguh
dirahasiakan perilaku (ahwal) nya Ghouts Al-Quthub dari orang-orang umum dan
khusus, karena Alloh Yang Maha Benar tidak senang terhadap bahaya yang menimpa
dirinya”.
Dan dikatakan:
ويكون تظاهرهم بالاستغال بالعلم الكسبى حجابا عليهم لكون القطب من شأنه الخفاء
“Dan
keadaan lahiriyah mereka (para Ghouts) ialah menyibukkan diri seperti umumnya
Ulama’ lain dalam bidang ilmu kasbi (ilmu syari’at) untuk merahasiakan kedudukannya,
karena sebagian dari keadaan Quthbi itu memang dirahasiakan”.
Maka tanda-tanda atau ciri-ciri secara lahir para Ghouts fi zamanihi itu tidak mencolok, yang jelas Beliau-beliau adalah sebagai pejuang kebenaran dan kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW sebagaimana sabda Nabi SAW:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ ( رواه الحاكم عن عمر رضىالله عنه باسناد صحيح
“Dikalangan
umatku senantiasa tidak sepi dari adanya “Thoifah” (kelompok) yang
memperjuangkan kebenaran sampai datangnya hari qiyamat”.
Adapun secara batiniyah, para Ghouts
memiliki ciri-ciri khas, antara lain seperti yang disebutkan dalam kitab
Ja,I’ul Usul hal 4:
قلبه يطوف الله دائما، له سر يسرى فى العالم كما يسرى الروح فى الجسد او كما يسرى الماء فى الشجر، وهو حمل هموم اهل الدنيا
- Hatinya selalu thowaf kehadirat Alloh SWT.
- Beliau memiliki sirri yang dapat menerobos keseluruh alam seperti meraTanya: roh dalam jasad atau seperti menerobosnya air dalam pepohonan.
- Beliau menanggung (memprihatinkan) kesusahan/kesulitan makhluk di dunia.
Tanya:
Dan apa pula yang dimaksud “Istighotsah” dengan bacaan diatas ?
Dan apa pula yang dimaksud “Istighotsah” dengan bacaan diatas ?
Jawab:
Pengertian ISTIGHOTSAH menurut arti bahas adalah “Minta pertolongan”. Menurut istilah yang dilakukan didalam Wahidiyah dengan bacaan seperti diatas adalah mohon pertolongan, bimbingan, nadhroh, do’a restu dan lainnya kepada Beliau Ghouts Ra. Dan Beliau Ra yang menyampaikan dan memohonkan kepada Alloh SWT.
Jadi Beliau Ghouts Ra sebagai wasilah (perantara) diantara mustaghits (orang yang mohon pertolongan) dengan Alloh SWT. Secara “Majazi” (kias) datangnya pertolongan itu dari Beliau Ghouts Ra. Dan secara hakikatnya semua datangnya dari Alloh SWT. Dengan demikian, “Istighotsah” adalah sama dengan “Tawasul”.
Istighotsah atau tawasul adalah amal perbuatan yang telah dilakukan oleh para Shohabat, Tabi’in, Ulama Salaf dan Kholaf yang telah dimufakati oleh seluruh Ulama Ahli Sunnah Wal Jama’ah.
Pengertian ISTIGHOTSAH menurut arti bahas adalah “Minta pertolongan”. Menurut istilah yang dilakukan didalam Wahidiyah dengan bacaan seperti diatas adalah mohon pertolongan, bimbingan, nadhroh, do’a restu dan lainnya kepada Beliau Ghouts Ra. Dan Beliau Ra yang menyampaikan dan memohonkan kepada Alloh SWT.
Jadi Beliau Ghouts Ra sebagai wasilah (perantara) diantara mustaghits (orang yang mohon pertolongan) dengan Alloh SWT. Secara “Majazi” (kias) datangnya pertolongan itu dari Beliau Ghouts Ra. Dan secara hakikatnya semua datangnya dari Alloh SWT. Dengan demikian, “Istighotsah” adalah sama dengan “Tawasul”.
Istighotsah atau tawasul adalah amal perbuatan yang telah dilakukan oleh para Shohabat, Tabi’in, Ulama Salaf dan Kholaf yang telah dimufakati oleh seluruh Ulama Ahli Sunnah Wal Jama’ah.
Istighotsah atau tawasul adalah
termasuk amal baik yang diperintah atau dianjurkan sebagaimana Firman Alloh QS.
Al-Maa’idah: 35.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah wasilah
(perantara) untuk mendekatkan diri kepada-Nya”.
Rosul SAW bersabda:
اذا ضل احدكم شيئا او اراد عونا وهو بأرض ليس فيها أنيس فليقل: عباد الله أغيثونى, فان لله عبادا لا ترونهم (رواه الطبرانى
“Jika
salah satu diantara kamu sekalian kehilangan sesuatu atau membutuhkan
pertolongan dan tempatnya itu tak ada seorangpun, maka berkatalah: “Wahai
hamba-hamba Alloh, berilah aku pertolongan….!”. maka sesungguhnya Alloh
mempunyai hamba-hamba yang kamu tidak mengetahuinya”. (HR. Thobroni, disebutkan
dikitab Syawahidul Haq hal 174).
Dalam
kitab Syawahidul Haq hal 143 disebutkan:
اذا علمت ذلك ان التوسل بالأنبياء والأولياء جائز وارد عن السلف والخلف سواء كانوا احياء ام امواتا ولا ينكر ذلك الا من ابتلى بالحرمان او سوء العقيدة نعوذ بالله منه ومن سيرته (شواهد الحق: 143
“Jika
kamu sudah mengetahui dasar-dasar tersebut, maka kamu tahu bahwa sesungguhnya
tawasul dengan para Nabi dan para Wali Alloh itu boleh dan sudah berlaku mulai
dari orang-orang salaf dan kholaf, pada waktu masih hidupnya para Nabi dan Wali
ataupun sesudah wafatnya. Dan tidak akan mengingkari dalam hal ini kecuali
orang yang dicoba dengan tertutupnya hati atau buruknya I’tiqod. Kami
berlindung kepada Alloh darinya dan dari perbuatannya”.
Tanya:
Lalu apa kerugiannya bagi yang tidak percaya kepada Ghouts zaman ?
Lalu apa kerugiannya bagi yang tidak percaya kepada Ghouts zaman ?
Jawab:
Orang yang tidak percaya pada sesuatu, pasti ia akan meremehkan, merendahkan dan mengingkari sesuatu itu. Dan mengingkari sesuatu yang sudah jelas ada dasar hukumnya adalah kufur. Maka tidak mempercayai bahkan mengingkari keberadaan Ghouts zaman yang jelas-jelas sebagai Waliyulloh adalah kufur, bahkan akan menjadi musuh Alloh.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadist Qudsi:
Orang yang tidak percaya pada sesuatu, pasti ia akan meremehkan, merendahkan dan mengingkari sesuatu itu. Dan mengingkari sesuatu yang sudah jelas ada dasar hukumnya adalah kufur. Maka tidak mempercayai bahkan mengingkari keberadaan Ghouts zaman yang jelas-jelas sebagai Waliyulloh adalah kufur, bahkan akan menjadi musuh Alloh.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadist Qudsi:
عن ابى هريرة رضىالله عنه عن النبي صلىالله عليه وسلم قال: ان الله عز وجل يقول: من آذى لى وليا فقد آذنته بالحرب ( رواه البخارى ) قوله آذنته اى اظهرت بمحاربتى ( التبيان
“Dari
Abi Huroiroh ra dari Nabi SAW bersabda: “bahwa Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka sesungguhnya Aku akan memusuhinya”.
(HR. Bukhori).
Syeh
Muhammad Al-Kholily berkata:
واعلم ان الاعتراض على القوم يعنى الصوفية ( الاولياء ) مما يوجب الخذلان فيوفع فاعله فى واد من الخسران ( شواهد الحق: 142
“Ketahuilah
bahwasanya mengingkari kaum Syufi (para Wali Alloh) itu, termasuk perilaku yang
mengakibatkan kehinaan, sehingga pelakunya akan terjerumus kedalam jurang
kerugian (kehancuran)”.
Syeh
Ibnu Hajar berkata:
فمن اعترض عليهم ( اى على الأولياء ) يخثى عليه سوء الخاتمة كما وقع لكثير من الناس انهم مقتوا بذلك ولم يفلحوا ( شواهد الحق: 142
“Barangsiapa
mengingkari para Waliyulloh, maka dikhawatirkan akan su’ul khotimah (pada waktu
sakaratul mautnya) seperti orang-orang yang telah melakukan hal tersebut.
Mereka dimurkai oleh Alloh SWT, dan tidak bisa bahagia (di dunia dan di
akhirat)”.
Syeh
Dawud bin Makhola berkata:
من دخل الدنيا ولم يصادف رجلا كاملا يربيه خرج منها متلوثا بالكبائر وان كان بعبادة الثقلين. ( تقريب الاصول
“Barangsiapa
memasuki (hidup) di dunia ini tidak menemukan seorang pembesar Wali yang
sempurna yang membimbingnya kearah kesadaran kepada Alloh, niscaya dia akan
keluar dari dunia ini (meninggal dunia) dengan berlumuran dosa besar, sekalipun
ibadahnya sebanyak ibadahnya bangsa jin dan manusia”.
Oleh sebab itu, mari kita berhati-hati
di dalam memandang dan menilai kepada orang yang menjadi kekasih Alloh. Karena
sekali saja kita merendahkan dan mengingkarinya, niscaya kita akan dimurkai
oleh Alloh. Maka yang lebih baik, kita harus tetap percaya akan keberadaannya
Waliyulloh yang menjabat Ghouts di zaman ini, meskipun kita tidak mengetahui
siapa orangnya. Yang penting kita yakin dengan mengetrapkan “Lil-Ghouts
Bil-Ghouts”. Karena orang yang mau berhubungan (hubungan batiniyah) dengan
Ghouts, niscaya akan mendapatkan kuntungan/ faidah yang agung.
Bersambung ... :)
Bersambung ... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar