Arti Hukum dan Macam-macam Tawasul

tawasul lengkap wasilah lengkap

Pengertian Tawasul:

Menurut pengertian lughot tawasul itu berarti permintaan/permohonan. (Lihat Kamus Arab Melayu – Idris Al Marbawi Hal. 389)

Sedangkan wasilah (وَسِيلَة) yang jamaknya Wasaa-ilu (وَسَائِلُ) berati Wasithoh (وَاسِطَة) atau jalan. (Kamus Arab Melayu – Idris Al Marbawi Hal. 389)

Pengertian istilah ialah misalnya seseorang bertawassul dengan sesuatu, maksudnya membuat sesuatu menjadi perantara atau alat agar sampai kepada yang dimaksud atau yang dituju.

Macam-macam tawassul dalam berdoa dan dasar-dasarnya:

Berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan tawassul itu ada beberapa macam. antara lain :

1. Tawassul dengan menggunakan Asmaul Husna.

اللهم يا واحـد يا احــد, يا واجــد يا جـــواد, صل وســلـم وبارك على ســيدنا محمد وعـلـى ال ســيدنا محمــد، فى كل لمحة ونفس بعدد معلومات الله وفيوضاته وامداده

اللهم بحق اسمك الاعظم وبجاه سيدنامحمدصلى الله عليه وسلم وببركة غوث هذاالزمان ..... الخ


Dasarnya :
Al-Qur’an surat Al A’rof: 180 disebut sebagai berikut:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
Artinya: “Allah mempunyai Asma’ul Husna (nama-nama yang baik) maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu”.

Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sendiri berdoa dengan bertawassul menggunakan Asmaul Husna. Seperti doa Rosulullah di bawah ini:
اللهم انى اسئلك يا الله الواحد الصمد الذى لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا احد ان تغفرلى ذنوبى انك انت الغفور الرحيم. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : قد غفر له قد غفر له (رواه ابو داود والنساء واحمد بسند صحيح

اللهم بعلمك الغيب وقدرتك على الخلق احينى ما علمت الحياة خيرا الى وتوفنى اذا كانت الوفاة خيرا لى..... (رواه النسائى والحاكم

2. Wasilah dengan pribadi Rosuulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
ان رجلا ضرير البصر اتى النبى صلى الله عليه وسلم فقال : ادع الله ان يعافينى. قال ان شئت دعوت وان شئت صبرت فهو خير لك. قال فادعه. فأمر أن يتوضأ فيحسن وضوئه ويدعو بهذا الدعاء. اللهم انى اسئلك وأتوجه اليك بنبيك محمد الرحمة انى توجهت بك الى ربى فى حاجتى هذه لتـقضى لى. اللهم فشفعه فى (رواه الترمذى
Artinya: Bahwa seorang laki-laki yang sakit mata datang kepada Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sambil berkata : Ya Rosulullah, mohonkanlah kepada Allah untuk saya supaya menyembuhkan saya. Beliau menjawab: Kalau kau mau saya doakan, tapi kalau mau sabar, itu lebih baik. Laki-laki itu menjawab: doakanlah saya. Maka Rosulullah Shollalloohu alaihi wasallam menyuruhnya berwudlu dengan baik. Maka berwudlulah orang tersebut dengan baik. Dan kemudian berdoa dengan doa ini; Ya Allah sesungguhnya saya menghadap kepadamu (tawassul) dengan Nabi-Mu. Sesungguhnya saya menghadap Tuhanku dengan Engkau (Ya Rosulullah) untuk hajatku ini agar terkabulkan. Ya Allah berikanlah syafa’at untukku ! maka itupun kembali bisa melihat (sembuh). (HR. Turmudzi)
عن انس بن مالك رضى الله عنه ان النبى صلى الله عليه وسلم قال : اغفر لفاطمة بنت اسد ووسع عليها مدخلها بحق بنبيك والانبياء الذين من قبلى فانك ارحم الرحمين (رواه الطبرانى وابن حبان والحاكم
Artinya: Dari Anas bin Malik Rodliyalloohu Anhu, bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam berdoa: (Ya Allah) Ampunilah Fatimah binti Asad dan luaskanlah tempat masuk/kuburnya dengan hak Nabi-Mu dan para Nabi sebelumku, sungguh Kau yang paling Penyayang dari sekalian Penyayang. (HR. Thobroni, Ibnu Hibban dan Hakim)

3. Wasilah Dengan Para Sholihin

Bertawassul dalam berdoa dengan para sholihin (selain Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam) seperti tersebut dalam hadits Bukhori, bahwa Sayyina Umar Rodliyalloohu Anhu pernah bertawassul dengan paman Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam (Abbas bin Abdul Mutholib) seperti hadits berikut:
عن انس ان عمر بن الخطاب رضى الله عنه كان اذا قحطوا استشقى بالعباس بن عبد المطلب فقال : اللهم كنا نتوسل اليك بنبيك فتسقينا وانا نتوسل اليك بعم نبينا فاسقنا فيسقون (رواه البخارى
Artinya: Dari Anas, sesungguhnya Umar bin Khottob Rodliyalloohu Anhu ketika terjadi kemarau panjang beliau minta hujan (kepada Allah) bertawassul dengan Abbas bin Abdul Mutholib. Beliau berdoa : Ya Alloh, kami pernah bertawassul kepadamu dengan Nabi kami, maka kau telah menurunkan hujan dan (sekarang) sesungguhnya kami tawaasul kepada-Mu dengan paman Nabi kami (Abbas), maka turunlah hujan kepada kami. Kemudian mereka dituruni hujan. (HR. Bukhori)

4. Tawassul Dengan Amal Sholeh

Dalam sebuah hadits yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari sanad Abdulloh bin Umar Rodliyalloohu Anhu, Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pernah menghikayahkan tentang orang pada zaman dahulu yang tertutup batu dalam sebuah gua. Ketiga orang tadi baru bisa keluar dari gua setelah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan bertawassul dengan amal-amal mereka yang sholeh.
عن عبد الله ابن عمر بن الخطاب رضى الله عنهم قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : انطلق ثلاث نفر ممن كان قبلكم حتى اواهم المبيت الى غار فدخلوه فانحدرت صخرة من الجبال فسدت عليهم الغار فقالوا انه لاينجيكم من هذه الصخرة الا ان تدعوالله بصالح اعمالكم.
Artinya: Abdulloh bin Umar bin Khottob Rodliyalloohu Anhu berkata: Saya telah mendengar Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda : Terjadi pada orang dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan (bepergian), karena suatu sebab mereka lalu bermalam di sebuah gua (maksudnya hendak beristirahat). Maka ketika mereka masuk gua itu, tiba-tiba ada batu besar jatuh dari atas gunung tepat pada pintu gua itu, maka gua tertutup dan ketiganya tidak dapat keluar. Kemudian mereka saling berpendapat ; sesungguhnya kamu semua tidak akan bisa selamat dari batu ini kecuali jika kamu mau berdoa kepada Allah dengan perantara amal sholehmu masing-masing.

Keterangan:
Jadi, amal sholeh dari masing-masing itu akan dipergunakan sebagai WASILAH (perantara) supaya doanya dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu memohon agar batu besar itu bisa tersingkir dari pintu gua. Tentu saja amal yang akan ditujukan itu adalah yang dianggap pilihan dan tidak setiap orang dapat mengerjakannya.

Selanjutnya hadits itu menceritakan sebagai berikut :
وقال رجل منهم : اللهم كان لى ابوان شيخان كبيران. وكنت لااغبق قبلهما اهلا ولامالا فنائى بى طلب الشجر يوما فلم ارح عليهما حتى قاما. فحلبت لهما عبوقهمافوجدتهما نائمين. فكرهت ان اوقظهما وان اغبق قبلهما اهلا ولامالا. فلبثت والقدح على يدي انتظراستيقاظهما حتى برق الفجر والصبية يتضاغون عند قدمي فاستيقظا فشربا غبوقهما. اللهم ان كنت فعلت ذلك ابتغاءوجهك ففرج عنا ما نحن فيه من هذه الصخرة فانفرجت شيئا لايستطيعون الخروج.

Artinya: Seorang dari mereka berkata : Yaa Alloh saya mempunyai dua orang tua, usia mereka sudah lanjut. Saya tidak pernah memberikan minuman kepada siapapun sebelum keduanya terlebih dahulu, baik keluarga maupun hamba sahaya. Pada suatu ketika yang amat jauh tempat saya mencari kayu. Saya belum dapat menyenangkan keduanya sehingga keduanya sudah tertidur. Sayapun memerah susu untuk persediaan mereka, sedang keduanya sudah tertidur. Saya enggan membangunkan dan enggan pula memberikan minuman itu kepada siapapun juga sebelum kedua orang tua tersebut, baik kepada keluarga atau hamba sahaya. Oleh sebab itu saya berdiam diri saja sambil memegang gelas berisi susu itu di tangan, menantikan keduanya bangun. Begitulah sampai fajar menyingsing, sedangkan anak-anak sama berteriak-teriak di kaki saya (untuk minta minum)

Setelah keduanya bangun, lalu mereka minum susu. Yaa Allah jikalau aku mengerjakan itu semata-mata karena mencari keridloan-Mu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang saya hadapi ini, yaitu singkirkanlah batu ini. Batu itu lalu menggeser sedikit, tetapi ketiga orang itu belum dapat keluar (karena masih sempit).
وقال الاخر : اللهم كان لى لبنة عم كانت احب الناس الى فاردتها على نفسها فانتنعت منى حتى المت بها سنة من السنين. فجاءتنى فاعطيتها عشرين ومائة دينار على انتجلى بينى وبين نفسها ففعلت. حتى اذا قدرت عليها قالت : اتق الله ولاتفض الخاتم الابحقه. فانصرفت عنها وهى احب الناس الى وتركت الذهاب الذى اعطيتها. اللهم ان كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فاخرج عنا ما نحن فيه. فانفرجت الصخرة غير انهم لايستطيعون منها.
Artinya: Yang seorang lain berkata : Ya Alloh saya mempunyai seorang sepupu perempuan yang amat saya cintai diantara samua manusia. Saya menginginkan supaya saya dapat tidur berkumpul dengannya, tetapi ia menolak permintaan saya. Pada suatu ketika sesudah bertahun-tahun lamanya, ia dalam keadaan membutuhkan pertolongan, ia datang di tempat saya lalu saya memberinya 120 dinar emas dengan syarat supaya suka menyendiri dengan saya (maksudnya tidur bersama). Ia menyanggupi. Akhirnya setelah saya dapat menguasai dirinya, tiba-tiba ia berkata : Saudara, bertaqwalah kepada Alloh dan janganlah lepaskanlah cincin (yakni jangan mengumpuli wanita) kecuali dengan haknya (yakni istrinya sendiri). Seketika itu juga saya pergi meninggalkan sepupu saya itu, sedangkan uang emas tadi saya tinggalkan padanya (yakni terus saya hadiahkan dengan ikhlas LILLAHI TA’ALA, yang tadinya memang sudah saya berikan.

Ya Allah, jika saya mengerjakan itu semat-mata untuk mengharap keridloan-Mu, maka lapangkanlah itu semata-mata yang sedang kami hadapi ini. Batu itupun menggeser lagi, tapi masih juga mereka belum dapat keluar dari gua itu.
وقال الثالث : اللهم استأجرت اجراء واعطينهم اجرهم غير رجل واحد ترك الذى له وذهب, فثمرت اجره حتى كثرت منه الاموال فجاءنى بعد حين فقال : ياعبد الله ادلى اجرى, فقلت كل ما ترى من اجرك من الابل والبقر والغنم والرقيق. فقال : لاتستهزئ بى فقلت : لآاستهزئ بك فأخذه كله فاستاقاه فلم يترك منه شيئا. اللهم ان كنت فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج عنا ما نحن فيه فانفرجت الصخرة فخرجوا يمشون (متفق عليه
Artinya: Orang ketiga berkata : Ya Alloh saya pernah menggaji beberapa orang buruh (untuk satu pekerjaan) dan setelah selesai kerjanya, kesemuanya saya beri upahnya kecuali seorang. Ia meninggalkan tempat saya dan terus pergi. Upah orang itu lalu saya kembangkan sehingga menjadi harta yang amat banyak sekali. Setelah beberapa lamanya, ia datang dan berkata ; Sekarang berikanlah upah saya dahulu itu hai hamba Alloh !. Saya berkata, semua yang kau lihat itu adalah berasal dari upahmu. Ada onta, lembu, kambing dan hamba sahaya, ia berkata : Jangan berolok-olok dengan saya ! saya menjawab, saya tidak berolok-olok denganmu. Kemudian semua harta itu diambilnya, dituntun dan tiada satupun yang tertinggal. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan sebagaimana di atas itu, hanya mengharap keridloan-Mu, maka sudilah kiranya melapangkan kesukaran yang sedang kita hadapi ini. Batu itupun menggeser (dan pintu gua terbuka lebar-lebar) sehingga ketiga orang itu dapat keluar lalu meneruskan perjalannya. (HR. Bukhori dan Muslim)

5. Tawassul dengan orang yang telah meninggal dunia:

Yang dimaksud tawassul dengan orang yang telah meninggal dunia, adalah dari para anbiya-mursalin dan para auliyak, khususnya beliau junjungan kita Rosulullloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Seperti disebutkan dalam suatu riwayat, pernah shahabat Bilal datang ke makam Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan matur kepada Beliau agar dimohonkan hujan. Seperti riwayat berikut ini :

وقدروى البيهقى وابن كثير وابن شيبة باسناد صحيح. ان الناس اصابهم قحط فى خلافة عمر رضى الله عنه فجاء بلا ل بن الحارث المزنى رضى الله عنه احد الصحابة الى القبر النبى صلى الله عليه وسلم فقال : يارسول الله استسق لامتك فانهم هلكوا فأتاه رسول الله صلى الله عليه وسلم فى المنام واخبره انهم مسقون.
Artinya: Telah diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dan Imam Ibnu Katsir dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shohih, sebagai berikut : Telah menimpa kepada masyarakat muslim kemarau panjang (paceklik-Jawa) pada masa Kholifah Umar bin Khottob Rodliyalloohu Anhu. Kemudian shahabat Bilal bin Harits al Muzni Rodliyalloohu Anhu ke makam Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, lalu matur kepada Raosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam : Ya Rosululloh mintakan hujan untuk ummatmu, sesungguhnya mereka telah binasa ! Kemudian pada suatu malam dalam mimpi datanglah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, dan memberikan kabar kepada Bilal, bahwa masyarakat akan dituruni hujan. (diterangkan dalam kitab I’lamun Nabil hal. 24, karangan Syekh Rosyid bin Ibrohim al Marighi)

Diterangkan dalam riwayat lain, yang diambil dari kitab Manaqib Imam Abu Hanifah Rohmatulloh, sesungguhnya Imam Syafi’I pada saat beliau masih di Baghdad, belia pernah datang ke makam Imam Abu Hanifah, maka beliau menghaturkan salam kepada Imam Abu Hanifah kemudian beliau (Imam Syafi’I) bertawassul kepada Imam Abu Hanifah untuk mohon kepada Allah agar dikabulkan segala kebutuhannya.

Demikian sebagaimana diterangkan dalam kitab I’lamun Nabil hal. 25 sebagai berikut:
وقد نقل فى مناقب ابى حنيفة رحمه الله ان الامام الشافعى فى ايامه ببغداد كان يحبئ الى قبر ابى حنيفة يزورها فيسلم عليه ثم يتوسل به الى الله تعالى فى قضاء حوائجه.

Mengapa berdoa dengan tawassul ?

Pada dasarnya berdoa kepada Allah itu tidak harus bertawassul, langsung kepada Allah SWT boleh, bertawassul juga boleh.

Contoh doa-doa yang langsung (tanpa tawassul), antara lain:


ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة

ربنا هب لنا من ازواجنا وذرياتنا قرة اعين

ياربنا اغفر يسر افتح واهدنا * قرب والف بيننا يا ربنا

Contoh doa-doa dengan tawassul:
اللهم بحق اسمك الاعظم وبجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم

يا حي يا قيوم برحمتك استـــغيث

اللهم انى اسئلك بحبى محمد صلى الله عليه وسلم وايمان به ان تفــرّ ج عنى

Beberapa pendapat ulama tentang berdoa dengan tawassul, antara lain, pendapat:

Sayyid Abdul Rohman bin Muhammad bin Husain dalam kitabnya Bughyatul Mustarsyidin hal. 297 berpendapat sebagai berikut :
التوسل بالانبياء والاولياء فى حياتهم وبعد وفاتهم مباح شرعا كما وردت به السنة الصحيحة
Artinya: Tawassul dengan para Nabi dan para Wali diwaktu masih mereka hidup atau sesudah mereka wafat itu boleh menurut syara’, sebagaimana banyak disebut adalah hadits-hadits shohih.

Dalam Tafsir Showi Juz III hal. 100, Syekh Showi berpendapat:
التوسل بالنبى والولى افضل من الدعاء الى الله بغير التوسل عند العوام
Artinya: Tawassul dengan para Nabi atau wali itu lebih utama daripada berdoa kepada Alloh tanpa tawassul, terutama bagi orang awam.

Al Allamah Sayyid Samhudi dalam kitabnya Khulashotul Wafa, beliau berpendapat sebagai berikut :
ان التوسل والتشفع به صلى الله عليه وسلم وبجاهه وبركته من سنن المرسلين وسيرة السلف الصالحين.
Sesungguhnya tawassul dan tasyaffu’ kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dengan kebesaran dan barokahnya, merupakan bagian dari sunnah-sunnah para Mursalin (para utusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala) dan termasuk kebiasaan para salafus sholihin (Syawahidul Haq hal. 161)

Tanggapan Para Ulama Salaf terhadap yang melarang Tawassul:

Pendapat dari Sayyidina Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Sayfi’I di Makkah memberikan komentar soal tawassul dalam kitabnya Khulashotul Kalam sebagai berikut:
والحاصل ان مذهب اهل السنة والجماعة صحة التوسل وجوازه بالنبى صلى الله عليه وسلم فى حياته وبعد مماته وكذا بغيره من الانبياء والمرسلين والاولياء من الصالحين كما دلت عليه الاحادث السابقة لان معاشر اهل السنة لاتعتقد تأثيرا ولا خلقا ولاايجادا ولااعداما ولانفعا ولاضرا للنبى صلى الله عليه وسلم بالاعتبار الخلق والايجاد التأثير ولالغيره من الاحياءوالاموات فلا فرق فى التوسل بالنبى صلى الله عليه وسلم وغيره من الانبياء والمرسلين وكذالك بالاولياء والصالحين لافرق بين كونهم احياء وامواتا لانهم لايخلقون شيئا وليس لهم تأثير فى شيئ وانما يُتــــبّرك بهم بكونهم احِبّاء الله تعالى والخلق والايجاد والتأثير لله وحده لاشريك له. واما الذين يفرقون بين الاحياء والاموات فانهم يعتقدون التأثير لللاحياء دون الاموات ونحن نقول : (الله خالق كل شيء والله خلقكم وما تعملون) فهؤلاء المجوزون التوسل بالاحياء دون الاموات هم الذين دخل الشرك فى توحيدهم لكونهم اعتقدوا تأثيرا لاحياء دون الاموات, فهم الذين اعتقدوا تأثيرا غير الله تعالى, فكيف يدعون المحافظة على التوحيد وينسبون غيرهم الى الاشراك (سبحان الله هذا بهتان عظيم
Artinya: Wasilah, bahwasanya menurut faham Alhu Sunnah wa Jama’ah, adalah sah dan boleh bertawassul dengan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam baik ketika masih hidup atau sudah wafat. Begitu juga boleh bertwassul dengan Nab-nabi dan Rosul yang lain dengan para Auliya’ dan orang-orang sholih sebagaimana dianjurkan dan tunjukkan oleh hadits-hadits yang telah lewat. Karena kita golongan Ahlu Sunnah wal Jama’ah mengi’tiqotkan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat memberikan bekas, mengadakan, menjadikan, meniadakan, memberi manfaat dan madlorot kecuali hanya Alloh Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kita tidak mempercayai bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam tidak memberi bekas/pengaruh, memberi manfaat dan madlorot, dengan mengadakan, memberi bekas dan juga tidak bagi selain Nabi, baik orang yang masih hidup maupun yang telah mati, karena pada hakikatnya mereka itu tidak dapat menciptakan sesuatu, dan memberikan bekas apapun terhadap sesuatu. Tetapi hanya semata-mata tabarrukan (mengambil barokah) mereka, karena mereka itu adalah kekasih Alloh. Mencipta, mengadakan, dan memberi bekas adalah milik Alloh Yang Tunggal dan tiada bersekutu.

Adapun orang-orang yang membedakan antara orang hidup dan orang yang mati maka orang itu mengi’tiqodkan bahwa orang hidup bisa menciptakan sesuatu dan orang yang mati tidak bisa lagi. Kita berkeyakinan dan beri’tiqot bahwa yang menjadikan tiap-tiap sesuatu adalah Alloh, dan Alloh itu menjadikan kita dan pekerjaan kita.

Orang yang membolehkan tawassul dengan orang yang masih hidup tapi melarang tawassul dengan orang yang telah wafat, pada hakikatnya orang itu telah masuk syirik dan I’tiqat dan tauhid mereka, karena mereka mengi’tiqodkan bahwa yang hidup bisa menciptakan, sedang orang-orang yang telah wafat tidak bisa lagi.

Orang-orang yang beri’tikod semacam ini, bagaimana pula mereka bisa mengatakan bahwa mereka memelihara tauhid? Sedang orang lain dikatakannya telah masuk dalam syirik, sedang pada hakikatnya mereka yang kemasukan syirik. Maha suci Engkau Ya Alloh, itulah bohong mereka yang benar. (Dikutib dari kitab Syawahidul Haq hal. 158 – 159)

Berkata Sayyid Rosyid bin Ibrohim al Maighi (pengarang kitab A’lamun Nabil) sebagai berikut:
ان من قال للنبى صلى الله عليه وسلم اشفع لى اواشفع لنا انه كــفر بالصريح, ليس بصحيح, اذلوكان طلب الشفاعة من المخلوق كــفرا لكان طلبها من الانبياء فى الاخرة كذلك وكــفرت الناس كلها فى صعيد المحشر حينما يطلبونها من الرسل فى الموقف.
Artinya: Sesungguhnya siapa yang mengatakan kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, syafa’atilah aku atau syafa’atilah kami, sesungguhnya itu KUFUR yang nyata, maka itu jelas TIDAK BENAR. Sebab jikalau meminta syafa’at kepada para Nabi besuk di akhirat (yaumil mahsyar) juga kufur. Berarti kufur syafa’at kapada para Rosul di tempat pemberhentian mereka besuk. (I’lamun Nabil hal. 2)

Kesimpulan:
  • Tawassul itu BOLEH karena ada dasarnya dalam Islam. 
  • Tawassul itu tidak musyrik karena pada dasarnya permohonan (doa) itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. 
  • Masalah tawassul adalah masalah khilafiyah yang cukup usang dari dulu hingga sekarang, orang tak bosan-bosannya memperselisihkannya. Biasanya selalu muncul dari masing-masing pihak yang berbeda, dengan argumentasinya sendiri-sendiri. 
  • Soal khilafiyah adalah soal perbedaan pemahaman dan pendapat adalah soal “Kepala” bukan soal “rambut”. Kalau soal rambut yang tidak kelihatan bisa di cat hitam semua. Kalau soal isi kepala tidak bisa dipaksa harus sama. 
  • Soal pendapat ulama’pun juga berbeda-beda sesuai dengan interpretasi dan pilihan menurut standar keshohihan masing-masing hadits yang ada tentang itu. 
  • Bagi kita yang menggunakan doa dengan tawassul minimal kita mengetahui dasar dan alasannya, sehingga kita tidak buta sama sekali.

Oleh: Drs. Syamsul Huda

"Terima Kasih atas kunjungannya dan Mohon maaf atas kekurangannya

1 komentar :