Macam Syirik dan Penangkalnya

Syirik

Syirik (menyekutukan Allah) itu ada tiga tingkatan:

1. Syirik Fil Uluhiyah

Menyekutukan Ketuhanan Allah dengan yang lain; Yakni adanya i’tikad / keyakinan bahwa ada selain Allah yang berhak menjadi Tuhan; Baik dengan menafikan / tidak mengakui adanya Allah ataupun masih tetap meyakini ketuhanan Allah tetapi masih berkeyakinan bahwa ada lain-Nya yang harus dijadikan sebagai tuhan. Seperti mereka yang menyembah berhala (beranggapan bahwa berhala dan semisalnya sebagai tuhan yang berhak untuk disembah), atau yang meyakini adanya tuhan-tuhan selain Allah.

Syirik seperti ini dinamakan juga “syirik jahri” (terang-terangan) dan termasuk dari dosa-dosa besar yang paling berat akibatnya / tidak diampuni oleh Allah. Firman-Nya: Q.S: An-Nisaa: 48.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan ALLAH, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. 

Orang-orang yang melakukan hal tersebut diwajibkan supaya masuk Islam dan beriman secara tepat.

2.Syirik Fil Ubudiyah

Menyekutukan Pengapdian kepada Allah dengan yang lain; Yakni pelaksanaan ibadah yang tidak murni semata-mata ikhlas karena Allah (tidak Lillah); Beribadah karena dorongan nafsu (Linnafsi) yang berkeinginan agar memperoleh sesuatu dari orang lain, seperti dihormati, dipuji, mendapat imbalan dan sebagainya. Syirik seperti ini dinamakan syirik khofi (samar-samar / tidak diketahui orang lain) atau disebut Riya’ (pamrih dari sesama). Akibatnya amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah.

Dengan ini setiap ummat Islam harus berusaha menerapkan Lillah dalam segala amal perbuatan yang baik. Pengertiannya; Segala amal perbuatan apa saja, baik yang berhubungan langsung kepada Allah dan Rosul-Nya, maupun yang berhubungan dengan masyarakat, dengan sesama makhluq pada umumnya, baik yang wajib, yang sunnah maupun yang wenang, asal bukan perbuatan yang merugikan / bukan perbuatan yang tidak diridloi Allah, melaksanakannya supaya didasari niat dan tujuan hanya mengabdikan diri kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dengan Ikhlas tanpa pamrih ! (Lillaahi Ta'ala)

Firman Allah QS. Al-Kahfi: 110.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Firman Allah Ta’ala dalam Q.S. Al-Bayyinah: 5.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus*, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus."

* Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar supaya mereka mengabdikan diiri kepada-KU”.

“Lillah” istilah umumnya ulama’ juga disebut “IKHLASH”

Syekh Sahal At-Tasturi berkata; “Penerapan ikhlas adalah hendaknya gerak diamnya seseorang baik pada saat sendirian maupun ada orang lain semata-mata hanya karena Allah Ta’ala, tidak dicampuri sesuatu baik dorongan nafsu, menuruti kehendak nafsu maupun pamrih dunia” (Dimuat dalam kitab At-Tibyan An-Nawawi Bab 4)

Rosululloh bersabda : “Barang siapa meninggal dunia dia senantiasa ikhlas karena Allah semata (LILLAH) dan tiada menyekutukan-Nya (BILLAH) (pada masa hidupnya) serta menegakkan sholat dan menunai-kan zakat maka dia meninggal dunia dengan memperoleh ridlo Allah “ (H.R. Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Anas bin Malik)

Rosululloh bersabda: “Barangsiapa cinta karena Allah (Lillah), benci karena Allah, memberi karena Allah dan menolak (tidak memberi) karena Allah , maka sungguh telah sempurna imannya”. (HR. Abu Dawud dan Adh-Dhiya’ dari Abi Umamah dengan sanad shoheh).

3. Syirik Fil Wahdaniyah

Menyekutukan KEESAAN Allah dengan yang lain. Keesaan Allah adalah mutlak. Allah Mahaesa dalam Dzat, Sifat, dan Ciptaan-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di alam ini “pada hakikatnya” adalah ciptaan Allah. Keesaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu tidak memerlukan bantuan dari apa dan siapapun. Apa dan siapapun selain Allah (pada hakikatnya) tidak mempunyai pengaruh (atsar) apapun kepada yang lain tanpa diciptakan oleh Allah . Semuanya adalah BILLAH

BILLAH artinya, di dalam segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, di manapun dan kapan saja, supaya hati kita senantiasa merasa dan beri’tikad bahwa yang menciptakan dan menitahkan itu semua adalah ALLAH (Subhanahu Wata’ala) Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri tanpa dititahkan oleh Allah (Subhanahu Wata’ala)! Jadi mudahnya hati selalu menerapkan kandungan ma’na dari :

“LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH” 

“Tiada daya dan kekuatan melainkan atas titah Allah – Billah”.

Dikatakan “pada hakikatnya” menunjukkan bahwa tempat i’tikad / kepercayaan seperti ini adalah di lubuk hati yang paling dalam. Bersifat “hakikat”. Bukan untuk pembicaraan lahiriyah. Karena sudah menjadi sunnatulloh di alam nyata ini bahwa Allah menciptakan sesuatu secara lahiriyah (majazi) pada umumnya disertai dengan adanya proses / sarana. Oleh karena itu Allah membuat aturan-aturan lahiriyah yang disebut syari’at yang harus ditaati dan dilakukan oleh setiap orang mukallaf dengan ikhlas LILLAH dan menyadari BILLAH.

Firman Allah:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Dan ALLAH-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa saja yang kamu sekalian perbuat”. (Q.S. As-Shoffat: 96)

Dan kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam

Jadi jelasnya, di dalam kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya, supaya hati selalu sadar dan merasa bahwa yang menggerakkan yang menitahkan itu semua adalah Allah. Merasa BILLAH. Semuanya BILLAH. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH. Ini harus kita rasa di dalam hati. Tidak cukup hanya pengertian dan keyakinan dalam otak. Bukan sekedar pengertian ilmiah saja. Kita membaca buku ini, kita memahami buku ini - BILLAH. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH. Mari terus merasa begitu. Merasa BILLAH.

Segala kebaikan secara syari’at, kita menyandarkannya kepada Allah itu karena penciptaan, dan menyandarkannya kepada diri kita karena penempatan (sebagai tempat amal). Adapun untuk sesuatu yang buruk maka kita menyandarkan kepada diri kita karena mengikuti penyandaran Allah kepada diri kita (Lillah/karena perintah Allah). Sedangkan melalui pandangan hakikat, kepemilikan, penciptaan dan perwujudan segala sesuatu (perkara baik dan jelek) adalah dari sisi Allah.

Ayat berikutnya yakni Surat An-Nisa':79.
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
Apa saja kebaikan yang kamu peroleh adalah dari ALLAH, dan apa saja keburukan / bencana yang menimpa dirimu adalah dari kesalahan dirimu sendiri”.(QS. An-Nisaak: 79)

Ini suatu contoh bagaimana kita mengisi bidang syari’at dan bidang adab. Apa yang kita rasakan baik harus kita sadari itu dari pemberian Allah, maka kita harus meningkatkan syukur kita kepada Allah. Dan apa yang kita rasakan tidak baik harus kita akui dengan jujur bahwa itu adalah akibat perbuatan dan kesalahan kita, akibat dosa-dosa kita. Maka harus secepatnya bertobat, memohon ampunan dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik. Harus merubah sikap atas perbuatan yang kurang baik tadi.

"Terima Kasih atas kunjungannya dan Mohon maaf atas kekurangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar